Dunia memang begini adanya. Begitu pula halnya dengan gue, gue yang selalu mengimpi-impikan sesuatu yang belum jelas kepastiannya. Apapun itu, setidaknya mimpi itu harus ada, mimpi itu layaknya harta karun, terdengar legendanya namun entah kapan ditemukannya. Selama kita masih bisa bermimpi, saat itu pula mimpi itu menjadi obsesi kita untuk bisa mendapatkannya. gue yang sampai saat ini masih ingin terbuai dari mimpi-mimpi indah, tiba-tiba tersentak! Mengingat waktu bagaikan detik tak bertepi, saat ini pula gue menyadari bahwa tidak akan selamanya bisa terus bermimpi. Kenyataan membawa gue menuju jurang kehidupan yang sangat menjemukan, dan itu benar adanya. Kalaupun gue boleh memilih, banyak hal yang mau gue capai seketika sesaat gue akan beranjak dewasa beberapa hari lagi. Saat semua problematika kehidupan akhirnya menjemput gue, apapun itu resikonya, cepat atau lambat semua itu akan ada di depan mata gue. Seandainya gue boleh mengutarakan tentang apa yang suatu hari nanti ingin gue capai, bagaikan deretan bilangan yang tidak berujung, mungkin tulisan ini yang akan menjadi saksi bisu impian gue.
Hingga detik ini, banyak hal yang ingin gue capai, sesuatu yang gue impi-impikan sejak dulu. Gue pengen hidup apa adanya, tanpa kekangan tanpa tekanan. Apa adanya memiliki arti yang sangat luas, sangat relatif dan mana suka. Kalau boleh gue bercerita, mungkin selama ini hidup gue terlihat apa adanya, tapi jauh di lubuk hati yang terdalam sepertinya tidak. Sejak awal gue duduk di Sekolah Dasar, bukan gue yang memilih untuk sekolah di sana, melainkan 'mereka' yang notabene masih memberikan gue makanan gratis sampai saat ini. Menjelang Menengah Pertama, gue harus mengikuti jejak 'Dia' yang adalah juga perempuan yang harus dituakan di urutan silsilah gue. Beranjak menuju putih abu-abu, sedikit mulai berubah, gue udah dibiarkan untuk memilih dimanakah gue bakal menghabiskan masa muda remaja penuh suka gue nanti (tapi ternyata, keadaan itu terjadi karena 'mereka' sibuk dengan urusan si 'Dia' karena mau menuju gerbang perkuliahan). Sampai akhirnya gue duduk di bangku perkuliahan. Lagi-lagi, seandainya gue boleh memilih apa yang pengen gue pilih, gue sangat menginginkan kuliah di jurusan grafis atau periklanan. Namun, dengan alasan klise bahwa 'mereka' tidak mau membiayai perkuliahan gue apabila tidak di PTN, menjadi batu sandungan bahkan menjadi perbukitan batu bagi gue. Apalah dikata, otomatis gue harus masuk ke Kampus Kuning itu, entah dengan juntrungan jurusan yang tidak jelas!!
Dan kini, saat gue sudah dengan tepat waktunya menyelesaikan perkuliahan, another problem is came up!!setiap pekerjaan selalu jadi bahan argumen yang tiada henti-hentinya dimata 'mereka'. Padahal, sejak dulu sepertinya 'mereka' lupa, bahwa selama proses pertumbuhan gue, apa yang disebut dengan support itu sangat diperlukan sekali sebagai cairan pengganti ion tubuh, dan itu jarang sekali mereka lakukan.
Beberapa cerita tadi adalah sepenggal kenyataan yang sempat gue alami selama kurang lebih 22 tahun lamanya. Memang tidak terlihat tragis, karena memang tidak tragis. Itulah yang menyebabkan kenapa seorang gue lebih memilih untuk terus bermimpi, karena kenyataan akan membuat mimpi itu musnah. Mimpi, mimpi dan bermimpi.....teruslah bermimpi sebelum mimpi itu tidak membangunkan tidurmu kelak....
cherio..
No comments:
Post a Comment